Wednesday, 29 October 2014

HIV / AIDS


     Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lain yang mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus (jasad sub-renik) yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV).


   Sasaran penyerangan HIV adalah sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel limfosit T4. atau disebut juga CD4-T. Selama terinfeksi, limfosit menjadi media pengembangbiakan virus. Jika sel-sel limfosit T4 mati, virus akan dengan bebas menyerang sel-sel limfosit T4 lainnya yang masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh akan semakin menurun. Akhirnya, sistem kekebalan tak mampu melindungi tubuh. Ini akan membuat kuman penyakit infeksi lain (kadang disebut infeksi oportunistis/infeksi mumpung) akan masuk dan menyerang tubuh penderita. Bahkan, kuman-kuman lain yang jinak tiba-tiba bisa menjadi ganas. Kuman itu bisa berupa virus lain, bakteri, mikroba, jamur, ataupun mikroorganisme patogen lainnya. Jika sudah begitu, penderita bisa saja meninggal karena TBC, diare, kanker kulit, infeksi jamur, dll.


Virus HIV dapat menular melalui 4 cairan tubuh :
·         DARah
·         Ibu ke anak (ASI)
·         Cairan sperMA
·         Cairan vagiNA

Disingkat   DAR-I-MA-NA

Cairan tubuh yang tidak dapat menularkan HIV :
 1)      Keringat
 2)      Air mata
 3)      Liur/ludah
 4)      Air seni
 5)      Tinja
 6)      Ingus

HIV tidak dapat menular melalui :
 1)      Gigitan nyamuk
 2)      Bersalaman/bersentuhan
 3)      Pelukan/ciuman
 4)      Menggunakan peralatan makan/minum bersama
 5)      Tinggal serumah
 6)      Menggunakan jamban yang sama

 

CARA MENGETAHUI SESEORANG MENGIDAP HIV

   Penyakit ini secara dini hanya bisa diketahui jika dilakukan dengan pengujian di laboratorium. Pengujian dilakukan dengan mengukur adanya zat anti (antibodi) dalam darah penderita. Dalam hal ini, seseorang yang tertular HIV melampaui tahapan (atau stadium) sebagai berikut.


Tahap 1 : Periode Jendela


  •          HIV masuk kedalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV didalam darah
  •          Tidak ada tanda – tanda khusus, orang yang terinfeksi HIV terlihat sehat dan merasa sehat
  •          Test HIV belum bisa mendeteksi virus ini
  •          Umumnya berkisar antara 2 minggu sampai 6 bulan

    Tahap 2 : HIV Positif (tanpa gejala)


    •          HIV berkembang biak dalam tubuh
    •          Tidak tanda tanda -  tanda khusus, orang yang terinfeksi HIV terlihat sehat dan merasa sehat
    •          Test HIV sudah bisa mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi terhadap HIV
    •          Umumnya tetap tampak sehat selama 5 – 10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya



       Tahap 3 : HIV Positif (dengan gejala)

       

      •          Sistem kekebalan tubuh semakin menurun


      •          Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya : pembengkakan kelenjar limfa diseluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dan lain – lain


      •          Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuhnya



      Tahap 4 : AIDS



      •          Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah


      •          Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah

       
    Gejala AIDS :
    -          Kehilangan berat badan secara drastic
    -          Diare yang berkelanjutan
    -          Pembengkakan pada leher dan /atau ketiak
    -          Batuk terus menerus

    Seberapa lama HIV berkembang menjadi AIDS ?
               Lamanya bervariasi dari satu individu ke individu lain. Dengan gaya hidup sehat jarak infeksi dari HIV ke AIDS dapat berkisar 15 – 20 tahun, bahkan lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus yang terinfeksi. Untuk menentukan apakah ada HIV ditubuh seseorang dengan adalah melalui test HIV.

    Pencegahan infeksi HIV

    Penularan HIV secara seksual dapat dicegah dengan :

    •          Tidak melakukan hubungan seks sama sekali (berpantang seks)
    •          Berhubungan seks dengan satu pasangan saja yang tidak terinfeksi
    •          Tidak memasukkan penis kedalam vagina atau anus (non-peneratif)
    •          Memakai kondom secara konsisten dan benar

    Cara lain untuk menghindari infeksi HIV :


    •          Bagi pengguna narkoba suntik, pakai jarum suntik sekali pakai atau jarum yang sudah disterilkan secara tepat
    •          Pastikan bahwa darah dan produk darah telah melalui test HIV dan standar keamanan darah telah dilaksanakan

    Tidak ada seks yang 100% aman. Seks yang lebih aman adalah berusaha agar tidak menularkan atau tertular Infeksi Menular Seks (IMS).

    Cara pengguna napza suntik (IDU) dapat mengurangi resiko tertular HIV :


    •          Beralih dari napza yang harus disuntikkan ke napza yang dapat diminum secara oral
    •          Tidak memakai secara bergantian semprit, air, atau alat untuk menyiapkan napza
    •          Gunakan suntik baru
    •          Gunakan air yang benar – benar steril
    •          Dengan kapas pembersih beralkohol, bersihkan tempat yang akan disuntik sebelum penyuntikan dilakukan

    Bagaimana penularan dari ibu keanak dapat dicegah ?

    Penularan HIV dari ibu yang terinfeksi dapat terjadi selama masa kehamilan, selama proses persalinan atau setelah kelahiran melalui ASI. Tanpa adanya intervensi apapun, sekitar 15% - 30% ibu dengan HIV akan menularkan infeksi pada masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian ASI akan meningkatkan resiko penularan sebesar 10-15%.

    Penularan dari ibu ke anak dapat dikurangi melalui :


    •          Pengobatan : pengobatan preventatif antiretroviral jangka pendek merupakan metode yang efektif dan layak untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

    •          Operasi caesar : operasi caesar bukan berarti dokternya ngoperasi sambil joget – joget caesar lo yaa hehe. Proses persalinan melalui vagina dianggap llebih meningkatkan resiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukkan kemungkinan penurunan resiko.

    •          Menghindari pemberian ASI : resiko penularan dari ibu ke anak akan meningkat jika anak disusui. Bagi ibu dengan HIV positif sangat dianjurkan untuk menggunakan susu formula sebagai pengganti ASI. Namun demikian, ini hanya dianjurkan jika susu formula tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak.



      Sekian post kali ini,, terima kasih banyak atas kunjungannya 



Bagikan

Jangan lewatkan

HIV / AIDS
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 komentar:

Tulis komentar
avatar
2 November 2014 at 20:34

keren isi blog nya, bermanfaat

Reply